Rabu, 14 Desember 2011

PEMBENIHAN IKAN Corydoras Panda

Disusun oleh : Noberlin Solikhin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Corydoras panda yang berasal dari Rio Ucayali mulai dikenal tahun 1995. Warna tubuhnya kekuningan atau coklat muda dengan tanda hitam menyilang di bagian mata, sirip punggung dan pangkal ekor. Paduan warna di tubuhnya tersebut menyebabkan penampilannya mirip seperti binatang panda, sehingga dinamakan corydoras panda. Sistematika corydoras menurut Hoedemen (1975)  sebagai berikut :
Filum               : Chordata
Kelas               : Osteichthyes
Subkelas          : Actinopterygii
Ordo                : Siluriformes          
Subordo          : Siluroidei
Famili              : Callichthyidae
Genus              : Corydoras

1.2.Tujuan
Pembenihan Corydoras Panda ini bertujuan sebagai literatur didalam pembenihan dan pengembang biakan ikan.



BAB II
ISI
2.1. Morfologi
   Ciri-ciri morfologi dari genus Corydoras ini antara lain tubuhnya pendek dan gemuk, punggung lebih melengkung dibanding perut, kedua sisi ikan dilengkapi dengan lempengan seperti tulang yang tersusun dalam dua baris, serta pada rahang atas dan bawah terdapat dua pasang kumis. Ukuran tubuh ikan ini berkisar 2,5-12 cm dengan ukuran mayoritas 5-7 cm. Corydoras ada sekitas 100 spesies atau jenis. Setiap jenisnya memiliki ciri khas yang membedakan satu dengan yang lainnya, terutama dari warna tubuhnya yang bervariasi. Namun dari sekian banyak jenisnya tersebut, hanya ada beberapa jenis saja yang terkenal. Umumnya jenis corydoras yang dikenal tersebut mudah berkembangbiak. Beberapa jenis yang sudah dikembangkan secara massal di Indonesia diantaranya :  Corydoras panda, Corydoras paleatus, Coridoras sterbai, Corydoras albino dan Corydoras bronze.
2.2. Seleksi dan Pengelolaan Induk
Induk yang dipijahkan yaitu induk yang berumur 7 bulan keatas atau dengan panjang tubuh 3 – 4,5 cm. Ikan jantan memiliki bentuk tubuh seperti terpedo. Bagian dari belakang insang meruncing hingga ke ekor. Tubuh ikan jantan lebih langsing dan ukurannya lebih kecil daripada betina. Sirip dorsalnya tampak lebih runcing, sementara induk betina memiliki tubuh yang lebih besar dibanding jantan dan perutnya tampak membundar karena berisi telur.
          Pemeliharaan induk dilakukan dengan cara bersama antara jantan dan betina dalam satu akuarium, selama pemeliharaan induk diberi pakan berprotein tinggi untuk menjaga kualitas dan kuantitas telur, yang didapat dari pakan alami berupa tubifex (cacing sutera) atau larva chironomus (cacing darah).
         Penggantian air harus dilakukan setiap hari untuk menjaga kualitas induk dan kualitas air.
2.3. Proses Pemijahan
Corydoras mengeluarkan telurnya secara parsial, maka setiap hari dapat ditemukan telur yang menempel pada rumbai-rumbai rafia dan pada kaca akuarium bagian atas atau didasar akuarium. Waktu pemijahan terjadi menjelang pagi atau pada pagi hari, saat berpijah corydoras perlu ketenangan atau suasana yang tenang. Keberhasilan saat memijah dapat diamati dari telur yang menempel pada substrat, jika telur berwarna bening maka mutu telur bagus, sedangkan jika berwarna putih maka mutu telur tidak bagus, kemudian substrat yang sudah ditempeli telur diambil/diangkat dan dipindahkan ketempat penetasan berupa akuarium.
Karena pemijahannya bersifat masal dalam satu wadah maka perbandingan antara jantan dan betina adalah satu banding satu. Saat memijah mulut betina mendekati bagian genital jantan untuk menghisap sperma jantan agar dapat mengumpulkan sperma jantan di dalam mulutnya. Sesaat kemudian betina meninggalkan jantannya, dari mulut induk betina tersebut sperma jantan akan dikeluarkan bersamaan dengan telur-telur dari dalam tubuhnya, kemudian ditempelkan pada substrat, dengan demikian telur sudah terbuahi. Jumlah telur yang mampu dihasilkan untuk satu ekor induk yaitu sebanyak 200 – 300 butir telur.
2.4. Penetasan Telur
         Telur-telur corydoras panda yang berada di tempat penetasan (berupa akuarium) dengan ukuran 100 cm x 50 cm x 50 cm dengan ketinggian air 35 cm, akan menetas menjadi benih pada hari ke 4 (empat). Sementara substrat yang telur-telurnya sudah menetas segera diangkat dan dicuci bersih sebelum digunakan lagi. Pencucian tersebut bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa telur yang tidak menetas dan membersihkan jamur yang menempel pada substrat.
         Benih yang baru menetas tidak langsung diberi pakan karena benih tersebut masih membawa kuning telur sebagai makanannya, pada hari ketiga baru diberikan pakan berupa artemia dengan dosis 75 gr. Pakan artemia diberikan secara rutin selama 7 hari, pada hari ke 8 sampai hari ke 14 diberi campuran antara artemia dengan cacing sutera yang diblender  atau dihaluskan, dengan dosis satu sendok teh cacing sutera per akuarium.


2.5. Pendederan
         Pendederan merupakan tahapan pemeliharaan benih corydoras setelah dirawat di akuarium selama 7 – 10 hari. Pendederan ini dilakukan hingga benih berukuran sekitar 1,75 cm atau selama 1 – 1,5 bulan. Wadah pendederan dapat berupa bak semen, fiberglas, atau akuarium.
Selama pemeliharaan, corydoras akan lebih banyak memanfaatkan dasar perairan. Oleh karena itu, padat penebarannya jangan telalu tinggi, cukup sekitar 1.000 – 2.000 ekor/m². Jika kepadatannya terlalu tinggi, ikan akan bersaing memperoleh pakan.
Tinggi air medianya pun disarankan tidak terlalu tinggi, yaitu sekitar 10 cm. Hal ini disebabkan ikan akan sering naik ke permukaan air untuk mengambil oksigen dari udara. Bila tinggi airnya melebihi tinggi ideal, dikhawatirkan akan banyak energi yang terbuang. Pakan yang digunakan selama masa pendederan ini adalah cacing sutera. Dosis secukupnya saja sesuai kebutuhan ikan. Sesuai pengalaman, biasanya dosisnya sekitar 10% dari bobot total ikan.  
2.6. Kualitas Air
         Kualitas air selama pemeliharaan benih harus selalu dijaga kebersihannya sehingga perlu diadakan penggantian air secara rutin sehari atau dua hari sekali, jumlah air yang diganti adalah 2/3 bagian, karena benih corydoras menyukai air yang bening dan bersih maka sisa pakan dan kotoran yang ada di dasar akuarium harus selalu dibersihkan/dibuang dengan cara menyipon. Parameter air yaitu suhu 28°C – 30°C, pH 4 – 6, Kesadahan 2 – 4, Oksigen 2 – 5.



DAFTAR PUSTAKA
Lesmana Darti Satyani, Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Ikan Hias, Jakarta, Penebar Swadaya, 2003. 
Liviawati Evi dan Eddy Afrianto, Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan, Yogyakarta, Kanisius, 1993.
Mudjiutami Endang, Ikan Hias Air Tawar Corydoras, Jakarta, Penebar Swadaya, 2000.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar